Apakah Aku harus melupakan mu, Aku yakin, Kau pasti menginginkan aku mempelajari itu. Namun Aku ragu, benarkah tidak ada setitik cinta pun di hatimu terhadapku. Setelah semua kenangan yang kita ciptakan. Setelah semua memoriku terisi oleh namamu.
Maafkan aku jika membuatmu tersakiti. Katakan saja jika memang iya, karena aku bukan orang yang mampu mengerti letak dimana salahku. Mengapa hanya diam. Mengapa hanya mengacuhkan. Atau memang begitu caramu untuk mencampakkan..???
Aku sadar, Mungkin dalam perjalanan panjang engkau telah tersadar. Aku tak pantas untukmu. Aku hanyalah serpihan debu yang tak berarti, sedangkan engkau laksana Ratu bagiku. Aku selama ini tersilau.
Apa hanya cukup dengan maaf & Lantas kau pergi meninggalkan Aku seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Semudah itukah kau melupakan….?? Sekarang, izinkanlah aku belajar melupakan. Melupakan semua kenangan yang ada dalam memori ini. Melupakan semua tawamu, melupakan semua kebaikanmu, melupakan semua tatapan itu. Ijinkanlah aku buyar dalam hitam pekat tak bermasa yang kan selalu abadi.
Dulu, Kau menarikku dari kesepian. Engkau ibarat cahayaku dalam kegelapan. Sekarang, setelah takdir kita selesai, Aku kan kembali berada dalam gelapku tanpa cahayamu.
Aku heran, kenapa denganmu kekasih sejatiku.” Aku ingin mendengarkannya untuk terakhir. Lalu menutupnya dalam peti yang tak akan pernah kubuka lagi.
Haruskah aku menjadi paranoid dalam cinta? Belajar dari kisah bahwa cinta hanya ada untuk menyakiti. Belajar untuk menyakiti dahulu agar aku tak tersakiti….???
Sayang, Aku tak pernah menginginkan itu. Cukuplah aku yang berlinang air mata, tetapi jangan engkau. Kubiarkan engkau datang dan pergi sesukamu, namun jangan larang aku untuk terus menunggumu. Di sini, Aku terus menunggumu.
Menunggu sembari Aku meringkuk dalam sepi. Sembari mengucapkan do’a agar engkau bahagia. Tak perlu engkau mengeja lagi perasaan hatiku dan meminta maaf karena telah menyakitiku. Sebelum kau berkata itu, aku telah memaafkanmu. Bahkan temanku heran melihatku betapa aku mencintaimu.
Jika suatu hari engkau telah berhasil memilih seorang laki-laki lain yang akan berdiri di sampingmu. Bahkan jika laki-laki itu bukan aku, Aku tetap akan selalu mendukungmu selama cinta ini masih di dalam hati.
Aku ingin tak lagi mengganggumu. Aku sudah berusaha, tetapi selaksa rindu menyerangku. Maafkan aku yang terlalu mencintaimu. Maafkan aku yang tak sanggup menahan serangan itu. Tetapi sayangku, Aku akan belajar. Aku akan belajar bagaimana cara agar aku tak mengganggumu lagi. Maka, izinkan lah Aku melupakanmu. Izinkan Aku belajar melupakan semua kenangan tentang kita. Melupakan semua kisah yang terjadi.
Saat aku menulis catatan ini, Aku masih sangat mencintaimu walau Aku tahu engkau tak lagi mencintaiku. Bukankah engkau pernah begitu arogan dan emosi saat kukatakan “sayang”.
Andaikan Aku boleh memilih, Aku ingin kita tetap bersama. Tetapi sudahlah, Aku rasa engkau tak akan mau. Ada banyak lelaki di sekelilingmu. Ada banyak lelaki yang lebih pantas untukmu dari pada Aku.
Sayangku, Semoga engkau bahagia. Aku selalu berharap yang terbaik untukmu. Huff… belajar melupakan. Semoga ini mudah. Amin.
Lubuk Sikaping, 24/05/2013
By: ‘a. Mada.com