Archive for Juli, 2012

Kenapa Saya Belum Menikah..??


Saya pernah bertanya kepada seseorang ketika saya mengatakan ingin menikah. Saya ditanya seseorang tersebut. Sudah berapa lama saling mencintai. Saya jawab dengan perkataan cukup lama juga.

Apakah pernah bertengkar pertanyaan seseorang terhadapku. Belum karena kami saling mencintai tapi sesekali juga pernah bertengkar. Seseorang itu berkata lagi kepada saya. Ia mengatakan temuilah kekasihmu kemudian bertengkarlah dan buatlah pertengkaran mulai dari persoalan terkecil sampai persoalan terbesar sehingga betul-betul terlihat seperti orang yang sedang berperang barulah aku menikahkan kalian.

Saya heran dan binggung sendiri sambil berucap kenapa bisa demikian. lalu ia pun menjawab pertanyaan saya, Persoalan sebenarnya bukan lah terletak dalam pertengkaran/persoalan itu sendiri melainkan ada pada kesanggupan untuk saling berdamai lagi.

Saat itulah aku berfikir dan memaknai pernikahan yang sebenarnya serta hal ini juga yang menjadi alasan kenapa saya sampai saat ini belum menikah karena pertengkaran-pertengkaran yang terjadi belum bisa untuk kami damaikan sampai saat ini.

Sungguh sedih kiranya dan ingin mengatakan kenapa cinta ini menempuh ujian seperti ini. Namun inilah bentuk ujian cinta kita saat ini. Adakah dirimu merindukan pertemuan kita setelah sekian lama waktu berlalu dan memisahkan kita satu sama lain.

Semenjak kepergianmu ke kota Bengkulu dan sesampainya dirimu di kota padang kembali semuanya menjadi berubah yaitu perpisahan antara kita.  Aku tahu ada ikhwan lain akan tetapi sampai saat ini aku masih melangkah dan berharap semoga kelak kita di pertemukan di jalan-Nya kembali. Ukhti aku ingin menikahimu (dengarlah hatiku). Semoga Allah mempersatukan nama kita berdua dengan nama-Nya. Amin.

Padang, 11 Ramadhan 1433 H

By: JE-Production

To: NP


                           ===> “Akhiri Saja Dengan ENTAH” <===

Kesedihan Vs Kebahagiaan


Percaya atau tidak, banyak di dunia ini lelaki yang menjadi prajurit kalah perang. Mereka adalah lelaki-lelaki yang tertusuk hatinya karena patah. Asa mereka menggelepar, Hati mereka hancur berkeping dan Lutut mereka bergetar, mata menangis dan Mereka sedang patah hati.

Untuk urusan cinta, Aku memang selalu kalah sampai saat ini. Kalau ibarat seperti sosok yang selalu jatuh pada lubang yang sama. Lubang itu bernama Cinta.

Hidup itu sesungguhnya mengajarkan kepada kita tidak hanya mengenai bagaimana kita bertahan dalam kesedihan namun juga bagaimana cara kita mengelola sebuah kebahagiaan itu agar tetap dekat dihati kita.

Jadi jangan hanya melihat sebuah kesedihan itu hanya dari sisi tidak enaknya saja, karena dibalik sebuah hal yang kurang mengenakkan itu selalu ada hal yang masih bisa kita syukuri dan maknai dengan positif yang pastinya dapat membuat kita melihat sisi indah dari kesulitan yang sedang kita rasakan dan membuat kita senantiasa bersyukur dalam kesedihan. Semoga kebahagian akan segera menjelang keharibaan kita. Amin.

Padang, 11 Ramadhan 1433 H

By: Patah Hati

Jangan Menantiku, cantik!


Bismillahirrahmanirrahim…

“Maukah anti menantikan ana, ukhti? Ana pasti akan segera melamar setelah selesai kuliah” ujar seorang ikhwan dibalik hijab internet. Tak ada jawaban, sepertinya akhwat di sebrang sana sedang menimbang-nimbang.

“Tapi kalau antum justru memilih orang lain giman? Nanti ana nunggu lama ternyata antum nggak kunjung datang.”Akhwat ini masih berpikir yang masuk akal, belum dibutakan.

“Nggak ukhti, andai anti tahu harapan ini begitu besar. Tapi tak mengapa kalau anti nggak menunggu ana, mungkin anti bukan jodoh ana. Semoga saja ana mendapatkan jodoh seperti anti, karena hanya anti yang ana harapkan untuk jadi ummi dari anak-anak ana kelak,” aku sang ikhwan.

Luluhlah sudah mata dan hati sang akhwat dengan kata-kata pujangga, berhasilah sudah mereka membuat janji angan-angan yang tak pasti. Atau jangan-jangan itulah daya tarik syetan untuk mengawali sebuah hubungan yang  memuakkan.

***

Lain lagi dengan seorang akhwat yang sedang terlihat bersedih juga dibalik hijab Internet.

“Mas, yakinlah aku akan menanti kedatanganmu. Aku akan menunggumu menyelesaikan kuliahmu,”aku sang akhwat sendu.

“Aku yakin adik mampu, tapi banyak hal yang perlu pikirkan selain menanti kehadiranku. Laki-laki mana yang nggak senang kalau dinantikan kehadirannya. Cuma, kau berhak untuk tidak menantikanku ukhti. Kau tau, aku tak ingin terbebani rasa penantian, dimana ketika kau dan aku nggak berjodoh, mungkin akan terasa sakit,” balas seorang ikhwan disebrang sana.

“Tapi aku..”

“Afwan dik, aku nggak mau memberimu harapan apa-apa dan aku juga nggak berharap terlalu banyak padamu. Dan maaf sekiranya hubungan ini, kau anggap sebagai harapan. Plis, jangan menantiku. Kau pun berhak bahagia, menantiku bukan pilihan untuk bahagia, karena semua masih gelap di depan sana.”

Aku memang mencintaimu tapi aku juga berhak berharap ada cahaya di kegelapan. Tapi kau benar mas, tak ada kepastian di depan sana, karena aku dan kamu tak pernah tahu siapa jodoh kita kelak. Sedangkan harapan hanya keinginan manusia yang sering kali disusupi syetan. Ya, mungkin syetan tengah menyusupi hatiku dengan nafsu yang tak pernah aku sadari. Andai semua laki-laki paham arti penantian.

***

Ya, andai semua laki-laki paham betapa beratnya rasa penantian yang kadang terasa amat panjang, dan tak jarang di akhir penantian ternyata menyakitkan.

Aku nggak mau membahas siapa yang salah atau siapa menanti siapa, yang ingin aku bahas ketika kamu memberikan harapan untuk sebuah penantian, benarkah kamu akan mampu mewujudkannya?

Menanti hanya teori yang terlihat begitu mudah, tapi faktanya nggak semudah membalikkan telapak tangan. Wajar kok, kalau setiap insan merindukan pendamping, menanti-nanti saipakah yang akan menjadi jodoh seumur hidupnya. Hanya saja akan menjadi nggak wajar ketika sebuah penantian menjadi bagian dari sebuah permainan.

Permainan dua insan yang belum halal saling menanti dalam ketidakpastian, karena katanya cinta, katanya sayang, katanya dan katanya lagi dengan berbagai alasan, jadi nekat untuk tetap berjalan di lorong yang nggak pernah tahu dimana dan kapan sampai ujungnya. Dan kamu tahu, bagian ini lah yang paling disukai syetan.

Karena dianggap saling menanti, pacaran berbungkus ta’aruf pun jadi, maksiat sudah nggak pernah dianggap lagi, pokoknya terobos halang rintang sekalipun melanggar syariat. Syetan tengah bekerja begitu mudahnya karena hatimu sudah nggak ada pelindungnya. Yang penting menyenangkan, padahal kamu nggak pernah tahu apa yang akan menantimu di depan.

Benarkah jodohmu adalah dia yang kamu nantikan, setelah sekian lama kamu hanya saling sapa dengan obrolan sok manis, sok perhatian. Sayangnya, banyak dari mereka hanya ingin menggoda saja, bahkan cuma ingin menunjukkan kehebatan mereka dalam takluk menaklukkan. Dan bisa saja kamu menjadi salah satu korbannya.

Mendingan kamu menantikan jodoh pilihan Allah Subhanahu Wa Ta’ala daripada hanya menantikan ketidak pastian, iya kalau dia ternyata jodohmu, kalau bukan? Penantian panjang yang sia-sia kan? Bersabarlah cantik,penantianmu tak akan pernah sia-sia jika kau pasrahkan pada-Nya.

Bolehlah kalau kamu bilang itu salah satu ikhtiar, tapi pikirkanlah apakah tak ada ikhtiar yang lain sampai kamu rela menantinya? Bila itu bagian dari ikhtiar, kamu dan dia nggak akan menunda-nunda untuk segera menikmati kehalalan, bukan menikmati yang sebaliknya walaupun terlihat menyenangkan.

Cantik, menantilah di jalan yang diridhio Allah dan Dia akan menuntunmu pada  penantian yang tak akan pernah menyakitimu. Hentikanlah untuk berharap pada kekosongan, yakinilah jika dia memang serius untuk menjalani sebuah hubungan, dia akan melamarmu bukan memberimu angan-angan. Sadarilah, jangan ragu menolak jalan yang nggak di ridhoi-Nya.

Ikhwan, kau sangat tahu banyak wanita sedang menanti kehadiranmu. Jangan kau manfaatkan kelemahan mereka sebagai pelampiasan kehebatanmu dalam menaklukkan mereka. Bukankah kau ingin mendapatkan wanita shalihah yang akan melahirkan generasi Rabbani yang memanggilmu ‘Abi’? Bagaimana mungkin kau akan mendapatkannya jika kau masih meruntuhkan harapan wanita-wanita yang sedang galau akan jodohnya? Janji Allah pastilah benar, bila kau mensholehkan diri, insyaallah kau pun akan mendapatkan yang sebanding denganmu.

Jikalau sesuatu dimulai dengan yang tidak baik maka hasilnya pun akan jauh dari kata baik, namun jika sesuatu dimulai dengan yang baik sesuai syariat yang Allah berikan, insyaallah akhirnya pun pasti membuatmu tersenyum cantik :)

Wallahua’lam bish Shawwab.

Sumber: Bukan Muslimah Biasa

Puasa Jiwa Laki (Nggak Puasa Banci)


Puasa emang untuk orang-orang beriman. Tapi buat cowok, mungkin ada keunikan. Namanya juga cowok. Masuk bulan puasa nggak sedikit para cowok yang manyun. Puasa Ramadhan, gimanapun juga, masih dianggap beban buat sebagian dari umat Islam.

Banyak kebiasaan khas cowok yang kudu berhenti. Contohnya ngerokok. Meski udah banyak seruan dan himbauan soal bahayanya ngerokok, tapi ya tetep aje banyak cowok yang mau menghisap benda berbahaya itu. Alasannya, udah biasa. Apalagi abis makan kalo kagak ngerokok mulut terasa asem.

And so on dengan kebiasaan ngecengin cewek dan akhwat, kudu berhenti di bulan Ramadhan kalo amal puasanya mau diterima. Buat yang punya pacar, barangkali untuk sementara cerita cintanya tertunda. Apa kagak malu bulan puasa masih nekat nongkrongin cewek apalagi sampe pacaran?

Puasa itu baik

Boyz, puasa itu emang kewajiban untuk orang-orang yang beriman. Masalahnya, elu-elu masih mau nggak dicap orang beriman. Kalau iya, so kudu buktiin bahwa iman kita sejati. Termasuk rela berpuasa demi meraih predikat takwa di hadapan Allah Swt.

Kudu malu atu ngaku beriman tapi nggak bisa ngebuktiinnya. Apapun, kalo cuma di bibir, itu namanya omdo alias omong doang. Untuk itu jelas kudu ada yang dikorbankan. Termasuk dengan menahan diri dari berbagai godaan hawa nafsu. Udah untung Allah membelenggu semua syetan, jadi tinggal pertarungan antara kita dengan hawa nafsu. Kalo masih keok juga ya kebangetan.

Tapi sebelum itu, kita kudu lurusin dulu makna puasa. berpuasa bukan hanya nahan laper dan haus, tapi juga menahan diri untuk nggak melampiaskan nafsu syahwat. Ketipu banget kalo ada orang yang kuat nahan laper dan haus tapi nggak bisa ngendaliin amarah, ego atau seksualitasnya. Maka, kudu perjuangan yang sebenarnya untuk ngelawan aneka hawa nafsu. Dan kita kudu percaya kalo puasa itu emang baik untuk para cowok. Emangnya kenapa? Kita liat aja.

Puasa itu bagus untuk ego cowok

Mau ngaku atau nggak, cowok itu mahluk yang egonya gede, di atas kaum cewek. Mahluk dari Venus rata-rata masih bisa toleran dan berbagi pada sesama. Tapi kalo cowok mah, ampun suka mau menang sendiri. Karakter ini emang ada bagusnya untuk pertahanan-diri, tapi kalo nggak terkendali bisa bikin seseorang jadi otoriter. Dengan puasa, kita diminta untuk banyak berempati dan turut merasakan derita sesama, juga banyak memaklumi keadaan orang lain. Orang yang puasa kan nggak boleh marah apalagi sampai keluar kata-kata kotor.

Puasa itu bagus untuk kesehatan

Ngaju aja, selama 11 bulan seringkali para cowok ngejalanin gaya hidup yang kagak sehat. Begadang, makan sembarangan, juga ngerokok. Nah, selama puasa seenggaknya jadwal tidur kita dibikin teratur. Bobo jangan terlalu malam karena bisa kehabisan waktu sahur. Sedangkan tidur siang jadi pahala. Hobi ngerokok juga jadi berkurang (moga-moga malah berhenti total), karena siang hari kan nggak boleh puasa. Begitupula makan jadi lebih teratur yakni di waktu malam dan sahur. So, berpuasa itu bikin badan dan pikiran kita lebih sehat.

Puasa itu bagus untuk ngontrol amarah

Bulan puasa itu adalah bulan kesabaran. Porsi sabar kita kudu lebih bagus lagi di bulan Ramadhan. Nggak gampang marah, nggak gampang ngeluarin kata-kata kotor apalagi sumpah serapah. Tau nggak, mengurangi kemarahan itu bagus untuk kesehatan jantung kita. Nggak salah kalo Nabi saw. bilang. “Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam bergulat, tapi yang bisa menahan dirinya ketika marah.” So, jangan banyak marah boyz, ini bulan puasa. Di bulan lain, gimana? Kudu makin bagus lagi. Ini kan bulan pelatihan.

Puasa itu mengendalikan libido seks kita

Yang namanya anak muda, hormon testosteron-nya lagi bergolak banget. Libido seksual jadi cepat meninggi. Apalagi jaman sekarang banyak cewek yang kagak sungkan mengobral aset tubuhnya dalam balutan pakaian ketat. Ini mata pengennya melototin. Apalagi yang udah pacaran, ampir semua cewek kagak malu lagi kalo dipegang tangannya, atau dipeluk, malah ada yang kagak nolak dengan perlakuan lebih dari itu.

Ini bulan puasa, man! Kontrol libido seksual kita. Tahan diri. Lha wong yang udah nikah aja kagak boleh berhubungan suami-istri di siang hari, apalagi yang belum nikah. Sabar aja. Insya Allah bakal banyak ganjaran yang diberikan Allah pada kita semua.

Dengan puasa, kita dibikin lapar dan dahaga. Maka konstrasi pada lawan jenis juga jadi menurun. Apalagi kalo ‘dihajar’ dengan ibadah dari kuliah subuh, baca al-Quran, sanlat, dan tarawih, makin hebat aja efek puasa terhadap nafsu seks kita.

So, buat yang ngerasa libido seksualnya ‘tegangan tinggi’. Ramadhan tuh momen bagus untuk menundukkannya. Perbanyak ibadah dan dekatkan diri kepada Allah, pasti beruntung.

Padang, 09 Ramadhan 1433 H

By: JE

=== “Jaga Hatimu Di Kota Padang” ====

Tipologi Manusia Dibulan Ramadhan, Dimanakah Kita.??


  1. Orang yang mempersiapkan diri secara istimewa menyambut ramadhan dengan cara yang istimewa dengan menjalani aktifitas ramadhan secara istimewa dan orang yang seperti ini ketika ramadhan itu berlalu pasti akan menjadi insan yang berhasil dan sukses.
  2. Adalah orang yang tidak peduli dengan datang dan berlalunya bulan ramadhan sehingga tidak perlu ada persiapan dan tidak perlu penyambutan khusus serta menjalani rutinitas tanpa ada nilai keistimewaan ramadhan dan orang yang demikian termasuk orang yang kufur dari segala rahmat.
  3. Orang yang setengah setengah artinya rutinitasnya menjadi baik hanya pada saat bulan ramadhan saja dan ketika ramadhan berlalu maka ia kembali ke habitatnya semula. Orang yang demikian adalah orang yang rugi.
  4. Orang yang tidak memahami nilai dan keistimewaan ramadhan. Rutinitas ramadhan hanya dipahami dengan menahan diri dari haus dan lapar saja atau hanya memahami ramadhan dengan tidak makan dan tidak minum sehingga tidak ada yang istimewa dari ramadhan dan orang yang demikian adalah tipologi berfikir anak-anak.
  5. Tipologi orang yang ketika ramadhan itu datang tidak ada persiapan atau penyambutan khusus dan siangnya ia jadikan malam serta malamnya ia jadikan siang sehingga tidak ada bekas ramadhan bagi dirinya  dan ia termasuk orang yang rugi.
  6.  Orang yang mnejalani ramadhan dengan tetap berpuasa secara baik. Amalan ramadhan dijalani dengan baik namun maksiat dan munkarat tetap saja berjalan sebagaimana biasa karena substansi dan nilai ajaran puasa tentang amalan yang dikerjakan tidak ia ketahui dan ia termasuk orang fasik yang munafik.

Maka dimanakah posisi dan tipologi kita dalam melakoni ibadah ramadhan ini. maka ketika berada di bulan ramadhan dan beraktifitas secara sempurna selama ramadhan menjadi target dan upaya kita semua agar meraih kemenangan yang sempurna di penghujung ramadhan.

Semoga kita termasuk orang yang dapat menyambut ramadhan dengan istimewa dan menjalani ramadhan dengan istimewa dan mampu memahami nilai dan ajaran ramadhan secara sempurna demi meraih kemenangan yang sempurna dan saatnya nanti kita akan mengatakan Sempurna.

Padang, 09 Ramadhan 1433 H

By: Jumi-E

~~~ “Jaga Hatimu Di Kota Padang” ~~~

KEMERDEKAAN RI DI BULAN SUCI RAMADHAN

Ramadan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, shalat tarawih, peringatan turunnya Al-Quran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Al-Quran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadhan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Al-Quran pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya:

bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.

Tanggal 17 Agustus, adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke-67 (1945-2012). Hari dimana seluruh rakyat Indonesia mengenang kembali jasa para pahlawan dan para pejuang yang telah berkorban untuk meraih kedaulatan yang utuh atas tanah airnya. . Kita harus selalu mengingat jasa-jasa para pahlawan kita berjuang untuk memerdekakan Negara kita tecinta ini dengan susah payah dan pantang menyerah. Mereka berjuang mempertaruhkan hidup mereka hanya untuk kemerdekaan bangsa ini.

Kemerdekaan di Bulan Ramadhan ini membawa berkah dan mengingatkan kembali Kemerdekaan RI dan Bulan Ramadhan bagi rakyat Indonesia yang dulu pernah tejadi kesamaan pada tahun 1945 , ini merupakan perayaan wajib karena mempunyai momen yang sangat penting dan bermakna . Nilai – nilai perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia akan berbeda dari tahun tahun ke tahun selalu di sambut dengan sangat meriah jiwa semangat ‘45 , Perayaan ini tidak kalah hal nya dengan nenyambut Bulan Ramadhan dengan kemerdekaan,

Jika proklamasi merupakan momentum pembebasan bangsa Indonesia dari kekuasaan kaum kolonial. Sedangkan, Ramadhan adalah momentum pembebasan diri dari segala bentuk hal yang negatif, dan terbebasnya diri dari penjajah utama kita, hawa nafsu.

Padang, 17 Agustus 2012 

By: Jumi-E

                         ~~Kemerdekaan Jaga Hatimu Di Kota Padang~~~

Luangkan SEMENIT SAJA! Untuk Membaca Ini


Luangkan SEMENIT SAJA! Untuk Membaca Ini

Semoga bermanfaat dunia akhirat, Amin.

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp. 100.000,00

Apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan tetapi betapa kecilnya

kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan

Betapa lamanya melayani Allah, Selama lima belas menit

Namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan)

Namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dg pacar / teman

Tanpa harus berpikir panjang-panjang..

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra

Namun kita mengeluh Ketika khutbah dimasjid

lebih lama sedikit daripada biasanya..

Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar al-Qur’an

Tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser

Namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa..

Demi memuaskan nafsu birahi semata namun alangkah sulitnya

ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu

Namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap

Pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al-Qur’an

Namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip

yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran

Namun betapa anda meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci al-Qur’an

Betapa Takutnya kita apabila dipanggil Boss & cepat-cepat menghadapnya

Namun betapa kita berani dan lamanya..

Untuk menghadap Nya saat kumandang azan menggema.

Betapa setiap orang ingin masuk surga

seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir

Atau mengatakan apa-apa atau berbuat apa-apa

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon

Melalui e-mail dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api

Namun kalau ada email yang isinya tentang Allah

Betapa seringnya anda ragu-ragu

Enggan membukanya dan mensharingkannya

Serta langsung klik pada icon DELETE ANDA TERTAWA …?

Atau ANDA BERPIKIR-PIKIR. …?

Sebar luaskanlah & bersyukurlah

“KEPADA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG”.

“KESALAHAN-KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN DI BULAN RAMADHAN”

 

Dalam setahun, ada satu bulan yang kedatangannya selalu kita nantikan, ia adalah Bulan Ramadhan. Alhamdulillah, bulan yang sangat kita rindukan itu kini telah tiba.

Pada bulan ini Allah mencurahkan kebaikanNya untuk segenap hamba-hambaNya yang beriman. Di bulan Ramadhan, kedermawanan Nabi shallallahu alaihi wasallam lebih deras dari hembusan angin. Para Sahabat dan As-Salafus Shalih terdahulu selalu berlomba-lomba menumpuk kebaikan dan amal ibadah di dalamnya.

Namun saat ini, kondisi umat Islam sungguh memilukan, mayoritas mereka tak saja lemah untuk diajak ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) di bulan penuh kemuliaan ini, tapi mereka selalu saja -hampir sepanjang tahun- tak siap dengan amalan-amalan yang semestinya mereka lakukan secara benar.

Karena itu, redaksi An-Nur berikut ini menyajikan tulisan tentang berbagai kesalahan yang sering dilakukan di bulan Ramadhan. Ditulis oleh seorang ulama yang memiliki perhatian khusus terhadap bulan Ramadhan, di antaranya beliau juga menulis buku “Risalah Ramadhan” (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, cet. Darul Haq), beliau adalah Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah, musim berbagai macam ibadah seperti puasa, shalat, membaca Al-Qur’an, bersede-kah, berbuat baik, dzikir, do’a, istighfar, memohon Surga, berlindung dari masuk Neraka serta macam-macam ibadah dan amal kebajikan lainnya.

Orang yang beruntung adalah yang menjaga setiap detik waktunya, baik di siang atau malam hari untuk berbagai amal perbuatan yang menjadikannya berbahagia serta lebih dekat kepada Allah, sesuai dengan yang diperintahkan, tanpa menambah atau mengurangi. Karena itu, setiap muslim wajib belajar tentang hukum-hukum puasa. Sayangnya, tak sedikit orang yang melalaikan masalah ini, sehingga banyak terjerumus pada kesalahan-kesalahan.

Di antara kesalahan-kesalahan yang jamak (umum) dilakukan orang berkaitan dengan bulan Ramadhan adalah:

~ Tidak mengetahui hukum-hukum puasa serta tidak menanyakannya ~

Padahal Allah berfirman: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.” (An-Nahl:43).

Dan Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya.” ( Muttafaq Alaih).

~Menyambut bulan suci Ramadhan dengan hura-hura dan bermain-main~

Padahal yang seharusnya adalah menyambut bulan yang mulia tersebut dengan dzikir dan bersyukur kepada Allah, karena masih diberi kesempatan bertemu kembali dengan Ramadhan. Lalu hendaknya ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, kembali kepada Allah serta melakukan muhasabatun nafs (perhitungan dosa-dosa pribadi), baik yang kecil maupun yang besar, sebelum datang hari Perhitungan dan Pembalasan atas setiap amal yang baik maupun yang buruk.

~Ta’at hanya di bulan Ramadhan~

Sebagian orang, bila datang bulan Ramadhan mereka bertaubat, shalat dan puasa. Tetapi jika bulan Ramadhan telah berlalu mereka kembali lagi meninggalkan shalat dan melakukan berbagai perbuatan maksiat.

Alangkah celaka golongan orang seperti ini, sebab mereka tidak mengetahui Allah kecuali di bulan Ramadhan. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Tuhan bulan-bulan pada sepanjang tahun adalah Satu jua? Bahwa maksiat itu haram hukumnya di setiap waktu? Bahwa Allah mengetahui perbuatan mereka di setiap saat dan tempat?

Karena itu, hendaknya mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat nashuha (sebenar-benar taubat), meninggalkan maksiat serta menyesali apa yang telah mereka lakukan di masa lalu, selanjutnya berkemauan kuat untuk tidak mengulanginya di kemudian hari. Dengan demikian insya Allah taubat mereka akan diterima, dan dosa-dosa mereka diampuni.

~Beranggapan keliru~

Sebagian orang beranggapan bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan di siang hari, serta untuk begadang di malam hari. Lebih disayangkan lagi, mayoritas mereka begadang dalam hal-hal yang dimurkai Allah, berhura-hura, bermain yang sia-sia (seperti main kartu dsb.), menggunjing, adu domba dan sebagainya. Hal-hal semacam ini sangat berbahaya dan merugikan mereka sendiri.

Sesungguhnya hari-hari bulan Ramadhan merupakan saksi ta’atnya orang-orang yang ta’at dan saksi maksiatnya orang-orang yang ahli maksiat dan lupa diri.

~Bersedih dengan datangnya bulan~

Ramadhan..

Sebagian orang ada yang merasa sedih dengan datangnya bulan Ramadhan dan bersuka cita jika bulan Ramadhan berlalu. Sebab mereka beranggapan bulan Ramadhan akan menghalangi mereka melakukan kebiasaan maksiat dan menuruti syahwat. Mereka berpuasa sekedar ikut-ikutan dan toleransi. Karena itu mereka lebih mengutamakan bulan-bulan lain daripada bulan Ramadhan. Padahal ia adalah bulan penuh barakah, ampunan, rahmat dan pembebasan dari Neraka bagi setiap muslim yang melakukan kewajiban-kewajibannya dan meninggalkan setiap yang diharamkan atasnya, mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala yang dilarang.

~ Begadang untuk sesuatu yang tidak terpuji~

Banyak orang yang begadang pada malam-malam Ramadhan dengan melakukan sesuatu yang tidak terpuji, bermain-main, ngobrol, jalan-jalan atau duduk-duduk di jembatan atau trotoar jalan. Pada tengah malam mereka baru pulang dan langsung sahur kemudian tidur. Karena kelelahan, mereka tidak bisa bangun untuk shalat Shubuh berjamaah pada waktunya. Ada banyak kesalahan dan kerugian dari perbuatan semacam ini:

a. Begadang dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Padahal Nabi r membenci tidur sebelum Isya’ dan bercengkerama (ngobrol) setelahnya kecuali dalam hal kebaikan. Dalam hadits riwayat Ahmad, Rasulullah r bersabda: “Tidak boleh bercengkerama kecuali bagi orang yang shalat atau bepergian.” (As-Suyuthi berkata, hadits ini hasan).

b. Sia-sianya waktu mereka yang sangat berharga. Mereka sama sekali tidak memanfaat-kannya sedikitpun. Padahal masing-masing orang akan menyesali setiap waktu yang ia lalui tanpa diiringi dengan mengingat Allah di dalamnya Menyegerakan sahur sebelum waktu yang dianjurkan. Padahal Rasulullah r menganjurkan sahur pada akhir malam sebelum terbit fajar.

c. Musibah terbesar mereka adalah tidak dapat menunaikan shalat Shubuh berjamaah tepat pada waktunya. Betapa tidak, sebab pahala shalat Shubuh berjamaah menyamai shalat satu malam atau separuhnya. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi r :”Barangsiapa shalat Isya’ berjamaah maka seakan-akan ia shalat separuh malam dan barangsiapa shalat Shubuh berjamaah maka seakan-akan ia shalat sepanjang (satu) malam.” (HR. Muslim dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu).

Orang yang meninggalkan shalat Shubuh secara berjamaah tersebut berkarakter sebagaimana orang-orang munafik, mereka tidak melakukan shalat kecuali dalam keadaan malas, mengakhirkan waktunya dan tidak berjamaah. Mereka mengharam-kan dirinya dari mendapatkan keutamaan serta pahala yang besar.

~ Hanya menjaga hal-hal lahiriah~

Banyak orang yang menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara lahiriah seperti makan, minum dan bersenggama dengan isteri, tetapi tidak menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara mak-nawiyah seperti menggunjing, adu domba, dusta, melaknat, mencaci, memandang wanita-wanita di jalanan, di toko, di pasar dan sebagainya.

Seyogyanya setiap muslim memperhatikan puasanya, menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan dan membatalkan puasa. Sebab betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga belaka. Betapa banyak orang yang shalat, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali begadang dan letih saja. Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum.”(HR. Al Bukhari).

~Meninggalkan shalat taraweh~

Padahal telah dijanjikan bagi orang yang menjalankannya karena iman dan mengharap pahala dari Allah ampunan akan dosa-dosanya yang telah lalu. Orang yang meninggalkan shalat taraweh berarti meremehkan adanya pahala yang agung dan balasan yang besar ini.

Ironisnya, banyak umat Islam yang meninggal-kan shalat taraweh. Barangkali ada yang ikut shalat sebentar lalu tidak melanjutkannya hingga selesai. Atau rajin melakukannya pada awal-awal bulan Ramadhan dan malas ketika sudah akhir bulan. Alasan mereka, shalat taraweh hanyalah sunnah belaka.

Benar, tetapi ia adalah sunnah mu’akkadah (sangat dianjurkan) yang dilakukan oleh Rasulullah r , Khulafaur Rasyidin dan para Tabi’in yang mengikuti petunjuk mereka. Ia adalah salah satu bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dan salah satu sebab bagi ampunan dan kecintaan Allah kepada hambaNya. Orang yang meninggalkannya berarti tidak mendapatkan bagian daripadanya sama sekali. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian. Dan bahkan mungkin orang yang melakukan shalat taraweh itu bertepatan dengan turunnya Lailatul Qadar, sehingga ia mendapatkan keberuntungan dg ampunan dan pahala yg amat besar.

 

~ Puasa tetapi tidak shalat ~

Sebagian orang ada yang berpuasa, tetapi meninggalkan shalat atau hanya shalat ketika bulan Ramadhan saja. Orang semacam ini puasa dan sedekahnya tidak bermanfaat. Sebab shalat adalah tiang dan pilar utama agama Islam.

~Bepergian agar punya alasan berbuka~

Sebagian orang melakukan perjalanan ke luar negeri pada bulan Ramadhan untuk tujuan yang baik, tetapi agar bisa berbuka puasa dengan alasan musafir.

Perjalanan semacam ini tidak dibenarkan dan ia tidak boleh berbuka karenanya. Sungguh tidak tersembunyi bagi Allah tipu daya orang-orang yang suka menipu. Sebagian besar orang yang melakukan hal tersebut adalah para tukang mabuk dan minum-minuman keras. Semoga Allah menjauhkan kita dari yang demikian itu.

~Berbuka dengan sesuatu yang haram~

Seperti minuman yang memabukkan, rokok dan sejenisnya. Atau berbuka dengan sesuatu yang didapatkan dari yang haram. Orang yang makan atau minum dari sesuatu yang haram tak akan diterima amal perbuatannya dan tak mungkin pula do’anya dikabulkan.

~ Tergesa-gesa dalam shalat~

Sebagian imam-imam masjid dalam shalat tarawih amat tergesa-gesa dalam shalatnya. Mereka melakukan gerakan-gerakan dalam shalatnya dengan amat cepat, sehingga menghilangkan maksud shalat itu sendiri. Mereka dengan cepat membaca ayat-ayat suci Al- Qur’an, padahal semestinya ia membaca secara tartil. Mereka tidak thuma’ninah (tenang) ketika ruku’, sujud, bangun dari ruku’ dan ketika duduk antara dua sujud, ini adalah tidak boleh dan shalat menjadi tidak sempurna karenanya.

Seyogyanya setiap imam thuma’ninah ketika berdiri, duduk, ruku’, sujud, bangun dari ruku’ dan ketika duduk antara dua sujud.

Rasulullah r bersabda kepada orang yg tidak thuma’ninah dalam shalatnya, artinya:”Kembalilah, lalu shalatlah karenasesungguhnya engkau belum shalat.” (Muttafaq Alaih).

Dan seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya. Yakni ia tidak menyempurnakan ruku’, sujud dan bacaan dalam shalatnya.

Shalat adalah timbangan, barangsiapa yang menyempurnakan timbangannya maka akan disempurnakan untuknya. Sebaliknya, barangsiapa curang maka Neraka Wail-lah bagi orang2 yang curang.

~Memanjangkan doa’ qunut~

berdo’a dengan do’a-do’a yang bukan dituntunkan oleh Nabi r, hal yang terkadang membuat bosan dan keengganan para makmum shalat bersamanya.

Sebenarnya, do’a yang dituntunkan Rasul r dalam qunut witir adalah ringan dan mudah.

Dari Hasan bin Ali radhiallahuanhuma , ia berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajariku beberapa kalimat yang aku ucapkan (sebagai do’a) dalam qunut witir yaitu:

“Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang Engkau beri petunjuk, berilah aku ampunan sebagaimana orang yang Engkau beri ampunan, uruslah aku sebagaimana orang yang Engkau urus, berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku, jauhkanlah aku dari kejelekan qadha’ (ketentuan)Mu, sesungguhnya Engkau yang menentukan qadha’ dan tidak ada yang memberi qadha’ kepadaMu, sesungguhnya orang yang Engkau tolong tidak akan terhina, dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia, Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami dan Mahatinggi Engkau.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan).

Dan tidak diketahui dari Nabi r do’a qunut yang lebih baik dari ini.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu bahwasanya Nabi r pada akhir shalat witir mengucapkan:

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridhaMu dari kemurkaanMu, dan dengan ampunanMu dari siksaMu dan aku berlindung kepadaMu daripada (murka dan siksa)Mu, aku tidak (bisa) menghitung (banyaknya) pujian atasMu sebagaimana pujianMu atas DiriMu Sendiri.” (HR. Ahmad dan Ahlus Sunan).

~ Tidak memperhatikan sunnah~

Adalah sunnah setelah salam dari shalat witir mengucapkan:

“Maha Suci Tuhan Yang Maha Menguasai dan Mahasuci.” sebanyak tiga kali. Ini berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dan Nasa’i dengan sanad shahih. Tetapi, banyak orang yang tidak mengucapkannya. Untuk itu, para imam dan penceramah perlu mengingatkan jama’ahnya dalam masalah ini.

~Mendahului imam~

Banyak didapati para makmum mendahului imam dalam shalat tarawih dan shalat-shalat lainnya, baik dalam memulai gerakan ketika ruku’, sujud, berdiri atau duduk. Ini adalah tipu daya setan dan salah satu bentuk peremehan terhadap masalah shalat.

Ada empat kondisi antara makmum dengan imamnya dalam shalat jama’ah. Satu daripadanya dianjurkan dan tiga kondisi lainnya dilarang. Tiga kondisi yang dilarang itu adalah makmum mendahului imam, menyelisihi (terlambat daripada)nya dan menyamai (berbarengan dengan)nya. Adapun satu kondisi yang dianjurkan bagi makmum yaitu mengikuti imam. Dalam shalatnya, para makmum dianjurkan langsung mengikuti pekerjaan-pekerjaan shalat imamnya. Jadi, makmum tidak boleh mendahului gerakan-gerakan imam, juga tidak boleh membarengi atau terlambat daripadanya.

Orang yang mendahului gerakan imam, shalatnya adalah batal. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah r : “Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau mengubah rupanya menjadi rupa keledai?” (Muttafaq Alaih)

Hal ini disebabkan oleh shalatnya yang jelek sehingga ia tidak mendapatkan pahala daripadanya. Seandainya dia dianggap telah shalat tentu ia diharapkan mendapatkan pahala. Dan tak diragukan lagi, pengubahan Allah kepalanya menjadi kepala keledai adalah salah satu bentuk siksaanNya.

~ Makmum membaca mushaf~

Sebagian makmum ada yg membawa mushaf AlQur’an ketika shalat tarawih, mereka mengikuti bacaan imam dengan melihat mushaf Al-Qur’an. Pekerjaan ini adalah tidak disyari’atkan dan juga tidak didapatkan dalam amalan para salaf. Ia tidak boleh dilakukan kecuali bagi orang yg ingin membetulkan imam jika salah.

Yang diperintahkan kepada makmum adalah mendengarkan bacaan imam dengan diam. Hal ini berdasarkan firman Allah, artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”( Al A’raf: 204).

Imam Ahmad berkata: “Banyak orang sepakat bahwa ayat ini maksudnya adalah ketika dalam keadaan shalat”. Lalu, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin juga telah mengingatkan dalam”At- Tanbiihat ‘Alal Mukhaalafati Fis Shalah”, beliau berkata: “Sesungguhnya pekerjaan ini (makmum membaca mushaf Al-Qur’an ketika shalat) menjadikan makmum tidak khusyu’ dan tadabbur dalam shalatnya, karena itu ia termasuk pekerjaan sia-sia.”

~Mengeraskan do’a qunut~

Sebagian imam masjid mengeraskan suaranya ketika do’a qunut lebih dari yang seharusnya. Padahal tidak diperkenankan mengeraskan suara kecuali sebatas agar bisa didengar oleh makmum, dan sesungguhnya Allah berfirman, artinya: “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al- A’raaf : 55).

Ketika para sahabat mengeraskan suara saat bertakbir, seketika Nabi r melarang mereka dari yang demikian, seraya bersabda: “Rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya kamu tidak berdo’a kepada Dzat yang tuli, tidak pula ghaib.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

~ Memendekkan bacaan shalat~

Sebagian besar imam-imam masjid dalam shalat-shalat yang disyari’atkan tidak memanjangkan bacaan seperti ketika shalat tarawih dan shalat kusuf (gerhana), mereka tidak memanjangkan bacaan bahkan sebagiannya melakukan ruku’, sujud, bangun dari ruku’ dan duduk antara dua sujud dengan sangat cepat.

Shalat yang disyari’atkan adalah shalat yang sesuai dengan teladan dan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam. Adapun ukuran ruku’ dan sujud Rasulullah r adalah tak jauh berbeda dengan saat beliau berdiri. Dan bila beliau r mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau diam berdiri (lama) sehingga seorang sahabat berkata beliau telah lupa. Dan jika beliau mengangkat kepalanya dari sujud beliau duduk lama sehingga ada sahabat yang berkata Rasulullah r telah lupa. Al-Bara’ bin Azib radhiallahu anhu berkata: “Aku shalat bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam maka aku dapati berdirinya, ruku’nya, sujudnya dan duduknya antara dua sujud hampir sama (antara semuanya). Dalam riwayat lain disebutkan: “Tidaklah (beliau) berdiri kecuali hampir sama dengan duduknya.”

Maksudnya, bila Nabi r memanjangkan berdirinya, maka beliau juga memanjangkan ruku’, sujud dan duduk antara dua sujud. Sebaliknya, jika beliau meringankan berdirinya (tidak terlalu lama) maka beliau juga meringankan ruku’, sujud dan duduk antara dua sujud.

Akhirnya, semoga uraian ini menjadi bahan renungan kita bersama di bulan yang mulia dan suci ini, sekaligus bisa menghantarkan kita mengarungi kehidupan di bulan Ramadhan baik dalam ibadah maupun kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dituntunkan Nabi r .

Mudah-mudahan Allah meneguhkan iman Islam kita, mengampuni kita, orang tua kita dan segenap kaum muslimin. Amin

Padang, 09 Ramadhan 1433 H

By: JE- Production

~~~ Jaga Hatimu Di Kota Padang ~~~

“Apa Itu Tarawih (Ilmu Ramadhan)”


Kata tarawih adalah bentuk jamak dari kata tarwih, yang berasal dari kata raha yang artinya “mengambil istirahat”. Shalat ini disebut shalat tarawih, karena orang yang menjalankan shalat ini mengambil istirahat sejenak setelah selesai salat sunnah ba’da isya dua rakaat. Shalat tarawih ini terdiri dari delapan rakaat, dibagi menjadi empat, masing-masing dua rakaat kemudian dengan tiga rakaat shalat witir.

Sebenarnya shalat tarawih yang dilakukan di bulan Ramadhan merupakan shalat tahajjud yang dilaksanakan pada bulan-bulan biasa. Dengan kata lain, shalat tahajjud yang dilaksanakan dalam bulan Ramadhan itulah yang akhirnya menjelma menjadi shalat tarawih sekarang ini.

Rasulullah SAW sangat menaruh perhatian pada shalat tahajjud yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan ini. Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa bangun malam untuk menjalankan shalat dalam bulan Ramadhan, disertai iman, dan karena ingin memperoleh perkenan (ridha) ilahi, dosanya akan diampuni (HR Bukhari)”.

Dan ada pula hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah membangunkan istri-istri beliau untuk menjalankan shalat tarawih (HR Bukhari). Kadang-kadang beliau pergi ke rumah putrinya, Siti Fatimah, dan suaminya, Sayyidina Ali   supaya menjalankan shalat tahajjud bulan Ramadhan.

Demikian besarnya perhatian Rasulullah kepada shalat tahajjud dalam bulan Ramadhan, sehingga sebuah hadis menerangkan bahwa Rasulullah mempunyai sebuah kamar kecil di Masjid yang dibuat untuk beliau sendiri, dilengkapi dengan tikar, sebagai tempat menyendiri untuk menjalankan shalat tahajjud selama bulan Ramadhan.

Pada suatu malam Rasulullah bangun untuk melaksanakan shalat tahajjud, tiba-tiba para sahabat yang berada di masjid melihat beliau, lalu mereka ikut shalat, maka terjadilah shalat tarawih tersebut berjamaah, dengan Rasulullah sendiri sebagai imamnya.

Pada malam berikutnya, orang-orang yang melakukan shalat tarawih berjamaah itu bertambah besar dan pada malam ketiga, orang-orang yang ikut shalat tarawih berjamaah bertambah besar lagi.

Tetapi pada malam keempat, Rasulullah tidak muncul untuk memimpin shalat tarawih berjamaah, sebab Rasulullah sangat khawatir, kalau-kalau kelak dikemudian hari, shalat tarawih itu akan dianggap sebagai shalat fardhu. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agarmenjalankan shalat tarawih di rumahnya masing-masing (HR Bukhari).

Dengan demikian, pada zaman Rasulullah, zaman Khalifah Abu Bakar, dan zaman permulaan Khalifah Umar, shalat tahajjud selama bulan Ramadhan dilakukan sendiri-sendiri di rumah masing-masing (HR Bukhari).

Tetapi kemudian, Khalifah Umar mengadakan perubahan, yaitu shalat tahajjud pada bulan Ramadhan dilaksanakan secara berjamaah setelah melaksanakan shalat Isya.

Umar bin Khattab sendiri mengatakan – seperti yang direkan oleh Imam Bukhari – bahwa perbuatannya itu adalah bid’ah, dan bahwa shalat yang dilakukan pada larut malam ketika orang-orang sedang tidur, itu lebih baik daripada shalat tarawih yang dilakukan pada permulaan malam.

Walaupun demikian, bagi kebanyakan orang perubahan yang dilakukan oleh Khalifah Umar itu diterima dengan baik berdasarkan teladan Rasulullah SAW sendiri yang pernah melaksanakan shalat tahajjud berjamaah selama tiga malam berturut-turut.

Padang, 09 Ramadhan 1433 H

By: Jumi. E. S.Th.I

~~~ Izinkan Hamba Meraih Ridha-Mu Ya Allah ~~~

PERPISAHAN DENGAN BULAN SUCI RAMADHAN


Sahabat-sahabatku semuanya, bulan Ramadhan kurang dari 2 hari lagi akan meninggalkan kita semoga tahun depan kita semua masih bisa bertemu dengan bulan ramadhan. Bagaimana perasaan kita dalam menghadapi bulan ramadhan? Pasti ada perasaan senang, sedih dan cemas menjadi satu, semua perasaan itu sulit untuk di pisah-pisahkan.

Apalagi bulan Ramadhan akan berakhir dan banyak perasaan muncul di hati kita campur aduk. Perasaan senang, perasaan senang muncul karena kita merasa berhasil dalam menjalani dan menghadapi segala macam cobaan di bulan puasa dan lolos sebagai pemenang. Perasaan sedih, perasaan sedih muncul karena Ramadhan akan segera berakhir.kita belum maksimal dan akan kehilangan

kesempatan emas untuk menanam pahala dan berkah di bulan suci ini.

Rasa cemas juga muncul dari kita. Khususnya bagi kita-kita yang memang telah mengisi Ramadhan tahun ini dengan segala aktivitas amal sholeh dan rindu untuk bertemu dengan Ramadhan berikut. tetapi ada perasaan cemas tahun depan kita tidak bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadhan.

27 Ramadhan 1433 H

By: Jumi-E

===> Jaga Hatimu Di Kota Padang <===

KONSULTAN RAK RAK DAN SOFTWARE MINIMARKET PADANG 2016 - 2020 BERKUALITAS BERGARANSI

Software & Program Kasir, Rak Minimarket, Gudang, Apotek, Rumah Makan, Hotel, Rumah Sakit, Laundry, dan lain-lain ( Padang - Bukittinggi - Pariaman - Solok - Pasaman - Sawahlunto - Pesisir )

Marketing Tulen

Catatan Perjalanan Iwan Setiawan

Pelataran Villa Jumi-E

Jaga hatimu di Kota Padang